Pengukuran dampak kini tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan sektor swasta. Pasalnya, beberapa perusahaan mengaku berbagai keuntungan yang didapatkan dengan melakukan pengukuran dampak. Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa besar nilai perusahaan—yang telah melakukan pengukuran dampak—tercermin dalam laporan keuangannya?
Salah satu tolak ukur nilai perusahaan adalah dengan melihat dari laporan keuangannya. Dalam riset yang dilakukan Ernst & Young, tren nilai perusahaan menunjukkan bahwa proporsi nilai bisnis yang tercatat sebagai aset berwujud di neraca menurun drastis; dari lebih dari 80% pada tahun 1975 menjadi sekitar 50% di tahun 2020, dan kurang dari 20% untuk perusahaan teknologi besar di S&P 500. Fakta ini mendorong para pemilik organisasi mulai menekankan pentingnya penyusunan program yang bernilai jangka panjang dan aset tak berwujud sebagai nilai tambah perusahaan.
Di sisi lain, komitmen global terkait Sustainable Development Goals (SDGs) yang ingin dicapai pada tahun 2030 juga mendorong sektor swasta untuk mengambil langkah nyata dalam mendukung SDGsmelalui operasi bisnis, inisiatif sosial, dan kebijakan lingkungan perusahaan. Pergeseran tren dan tujuan ini menyoroti pentingnya aset tak berwujud seperti kekayaan intelektual, sumber daya manusia, inisiatif terkait SDGs serta kepercayaan publik menjadi nilai tambah perusahaan—yang meskipun sulit diukur dengan metode pelaporan tradisional—sebagai bagian dari komponen krusial dari nilai bisnis.
Dalam era bisnis yang semakin kompetitif, hadirnya narasi keberlanjutan mendorong pengukuran dampak—mengukur besaran dampak dari pelaksanaan proyek terhadap aspek tertentu—menjadi kunci untuk memperkuat inovasi dan keberlanjutan. Tidak hanya sekadar menjadi alat manajemen, pengukuran dampak mampu menjadi kompas yang strategis dalam mengarahkan perusahaan menuju keberhasilan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Dengan memahami dan mengkomunikasikan dampak, perusahaan tidak hanya membangun masa depan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri, tetapi juga bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar mereka.
Di Indonesia, pemerintah sudah menekankan perusahaan BUMN maupun swasta untuk dapat mengukur dan melaporkan dampaknya melalui Peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/04/2021 Tahun 2021 tentang Program Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan BUMN dan Undang-undang (UU) Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Peraturan tersebut mengulas harapan pemerintah terhadap penyelenggaraan program perusahaan BUMN, khususnya terkait Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) dapat menerapkan prinsip dampak yang terukur.
Tidak hanya BUMN, sektor swasta juga dalam hal ini Perseroan Terbatas (PT) didorong untuk melaporkan pelaksanaan TJSL perusahaannya. Melalui aturan ini, harapannya setiap perusahaan dapat mengukur kontribusi dan manfaat yang telah dihasilkan melalui program yang telah dicanangkan agar perubahan atau nilai tambah bagi pemangku kepentingan dan perusahaan.
Di sisi lain, Tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan pun perlu mulai untuk fokus pada aspek tata kelola, sosial dan pelestarian lingkungan. Tiga hal ini menjadi penting bagi perusahaan untuk menerapkan praktiknya secara konsisten dalam kebijakan operasionalnya. Hal ini termasuk melibatkan karyawan melalui pelatihan mengenai pentingnya keberlanjutan hingga keterlibatan dalam inisiatif terkait tiga aspek keberlanjutan, dan transparansi dalam melaporkan dampak lingkungan dari operasional perusahaan. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, perusahaan tidak hanya melaksanakan tanggung jawab sosial dan membantu melestarikan lingkungan, tetapi juga meningkatkan reputasi nilai perusahaan mereka di mata konsumen, investor, dan masyarakat luas. Selengkapnya, berikut adalah berbagai manfaat dari pengukuran dampak untuk melahirkan inovasi dan keberlanjutan diantaranya adalah:
Sebagaimana fungsi kompas yang tidak hanya dapat menunjukkan arah, kompas juga dapat mengantarkan pada penemuan harta karun. Maka peta jalan menuju harta karun adalah analogi yang tepat untuk menempatkan pentingnya pengukuran dampak. Dengan memahami efek dari setiap keputusan bisnis pada lingkungan dan masyarakat, perusahaan dapat membuka peluang inovasi, mengurangi risiko, dan meningkatkan efisiensi. Hasilnya? Peningkatan nilai perusahaan yang signifikan. Menurut penelitian PwC, perusahaan yang menerapkan pengukuran dampak secara efektif mengalami peningkatan nilai pasar yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Di tengah kesadaran masyarakat yang semakin tinggi terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, perusahaan yang secara transparan mengukur dan melaporkan dampaknya akan mendapatkan kepercayaan dan loyalitas dari konsumen. Deloitte (2020) menemukan bahwa 88% konsumen lebih setia kepada perusahaan yang mendukung isu-isu sosial dan lingkungan yang mereka yakini. Dengan demikian, pengukuran dampak tidak hanya menjadi alat untuk transparansi, tetapi juga sebagai strategi untuk membangun reputasi yang kuat dan positif di mata publik.
Pengukuran dampak adalah bahasa universal yang menghubungkan perusahaan dengan semua pemangku kepentingannya. Dengan data yang akurat dan transparan, perusahaan dapat melibatkan investor, komunitas, dan karyawan dalam perjalanan mereka menuju keberlanjutan. Deloitte (2023) mencatat bahwa perusahaan yang mengomunikasikan dampak mereka secara efektif mendapatkan dukungan dan keterlibatan yang lebih besar dari pemangku kepentingan, yang pada gilirannya memperkuat kinerja bisnis.
Pengukuran dampak memberikan arah yang jelas bagi perusahaan untuk mencapai tujuan keberlanjutan mereka. Ini adalah alat navigasi yang membantu menetapkan target yang realistis dan memantau perkembangannya secara berkala. Dalam hal ini, pengukuran dampak menjadi penting karena memberikan data yang dibutuhkan untuk merancang dan mengimplementasikan peta jalan strategis yang lebih jelas dan efektif. Ernst & Young (EY) menyatakan bahwa perusahaan dengan strategi dampak yang terstruktur memiliki kemampuan lebih baik dalam mengidentifikasi risiko dan peluang serta mengadaptasi bisnis mereka terhadap perubahan pasar dan regulasi. Dengan demikian, pengukuran dampak menjadi landasan bagi perusahaan untuk merencanakan masa depan yang berkelanjutan dan resilien.
Karyawan adalah aset terbesar perusahaan, dan memberdayakan mereka untuk berkontribusi dalam program-program yang berdampak positif dapat meningkatkan kepuasan dan produktivitas kerja. Menurut studi dari McKinsey (2015), perusahaan yang melibatkan karyawan dalam inisiatif sosial dan lingkungan melaporkan peningkatan motivasi dan retensi karyawan hingga 20%. Di sisi lain, EY juga menemukan bahwa karyawan yang terlibat dalam inisiatif dampak positif menunjukkan kepuasan kerja yang lebih tinggi dan kontribusi yang lebih besar terhadap tujuan perusahaan.
Lalu, bagaimana cara yang tepat agar pengukuran dampak dapat memperkuat inovasi dan keberlanjutan?
Nantikan artikel serta konten terkait pengukuran dampak lainnya melalui website maxima.id
Yuk! Bersama ciptakan inisiasi dampak dengan Maxima Impact Consulting dan temukan berbagai solusi yang pas dengan kebutuhan Anda!