Dalam rangka memperkuat estafet kepemimpinan Board of Directors (BOD), Indonesia Financial Group (IFG), sebagai holding BUMN di bidang Asuransi, Penjaminan, dan Investasi, bekerjasama dengan Maxima Impact Consulting untuk mempersiapkan Board of Directors minus one (BOD-1) melalui program Community Lab. Program ini dirancang untuk memberikan pengalaman langsung dan pembelajaran eksperiensial (experiential learning) dalam rangka membekali BOD-1 dengan kemampuan yang diperlukan. Melalui program ini, peserta diajak untuk belajar langsung dalam menangani permasalahan yang dihadapi masyarakat, sebagai persiapan menghadapi tantangan yang lebih kompleks di masa depan.
Pembelajaran eksperiensial, seperti yang dilakukan dalam program Community Lab, menawarkan kelebihan signifikan dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Menurut Kolb (1984) dalam “Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development,” pendekatan ini memungkinkan peserta untuk terlibat langsung dalam proses belajar, menghubungkan teori dengan praktik, dan merefleksikan pengalaman mereka secara real-time. Hal ini tidak hanya meningkatkan retensi pengetahuan, tetapi juga memperkuat keterampilan interpersonal dan kemampuan pemecahan masalah mereka dalam situasi nyata.
“Dengan mengintegrasikan nilai AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif) dan pendekatan design thinking yang berfokus pada Experiential Learning, Maxima mendorong peserta untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan reflektif. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengatasi problematika secara sistematis,” jelas Mohamad Satya Aruna, Project Manager IFG Community Lab.
Setelah melalui serangkaian workshop—dari brainstorming hingga implementasi proyek sosial—peserta melaksanakan proyek sosial dan tinggal bersama masyarakat di Desa Nglanggeran, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tanggal 18-21 Januari 2024. Desa Nglanggeran dipilih karena keselarasannya dengan latar belakang IFG sebagai perusahaan non-perbankan dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat setempat.
Kisah menarik muncul dari kelompok Batik, yang melakukan penggalian masalah utama dari UMKM yang mereka bantu. “Selama workshop, peserta kelompok Batik sudah melakukan pendekatan kepada UMKM yang akan menjadi proyek sosial mereka. Akan tetapi, setelah tiba di Desa Nglanggeran, ternyata solusi yang dibutuhkan oleh UMKM Batik berbeda dengan yang telah dicanangkan sebelumnya,” jelas Mohamad Satya Aruna.
“Hal ini menjadi proses belajar yang penting bagi peserta kelompok Batik, karena dalam menganalisis masalah, penting untuk melihat tantangan dari sudut pandang yang lebih luas dan menerapkannya dengan metode design thinking,” tambahnya.
Metode design thinking menawarkan perspektif baru bagi peserta untuk melihat masalah sebagai peluang dan mendorong mereka untuk secara aktif menciptakan solusi inovatif yang berorientasi pada kebutuhan UMKM Batik dari bawah ke atas (bottom up).
Melalui program Community Lab, Maxima Impact Consulting mengajak para peserta untuk melalui perjalanan pembelajaran sosial yang tidak hanya menggali potensi diri yang sinergis dan kolaboratif, tetapi juga membekali mereka untuk menjadi pemimpin yang mampu menghadapi tantangan di masa depan dengan lebih efektif.