Indonesia tengah berduka dengan maraknya kabar akan kematian 26 badak Jawa yang tewas. Hal ini mendatangkan berbagai pertanyaan dari para peneliti maupun aktivis terhadap kinerja pengelolaan konservasi hewan yang dilindungi, baik dari pihak Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) maupun pengawasan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI).
Hadir menjadi salah satu dari 55 Taman Nasional di Indonesia, TNUK yang terletak di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten memiliki fungsi berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No.5/1990 sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli di mana pengelolaannya dilakukan dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata dan rekreasi. Di sisi lain, TNUK merupakan salah satu taman nasional tertua di Indonesia yang sudah diresmikan sebagai salah satu Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1992. (Indonesia Baik, 2018)
Dengan status tersebut, TNUK menyimpan beragam jenis satwa liar endemik dan satwa yang penting untuk dilindungi. Mengutip dari Indonesia Baik (2018) terdapat berbagai jenis satwa endemik yang masuk dalam kategori langka dan sangat dilindungi di TNUK. Hal ini menjadi kesadaran bersama bahwa taman nasional memiliki fungsi yang strategis dalam menjaga stabilitas flora dan fauna.
Dalam tatanan ekologi, setiap hewan memiliki fungsi spesifik dalam rantai ekosistem yang berguna dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Implikasi dari hilangnya badak Jawa dapat menyebabkan efek domino yang mempengaruhi antar spesies hewan, maupun kesehatan ekosistem secara keseluruhan. Di sisi lain, dampak dari kematian 26 badak jawa di Ujung Kulon terhadap nilai keberlanjutan dapat dibagi dalam beberapa aspek sebagai berikut:
Kondisi ini secara signifikan mempengaruhi populasi spesies yang sudah sangat terbatas, sehingga penurunan populasi badak Jawa mengurangi keanekaragaman genetik, yang mempengaruhi terhadap keberlanjutan spesies jangka panjang. Selain itu, kondisi ini juga berdampak pada ekosistem tempat mereka hidup, karena badak memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem seperti badak Jawa berperan dalam penyebaran biji tanaman, yang membantu menjaga keragaman flora di habitatnya.
Selain menjadi ruang konservasi, TNUK juga berfungsi sebagai destinasi wisata di Pandeglang, Banten. Dengan penurunan populasi badak Jawa secara tidak langsung dapat berdampak negatif pada sektor pariwisata ekowisata yang bergantung pada daya tarik hewan langka ini. Kehilangan pemasukan dari pariwisata dapat mempengaruhi ekonomi lokal dan pendanaan untuk konservasi lebih lanjut.
Sebagaimana fungsi didirikannya taman nasional, badak Jawa merupakan subjek penting dalam penelitian konservasi dan biologi. Kematian mereka mengurangi kesempatan untuk studi ilmiah yang dapat memberikan wawasan penting untuk pelestarian spesies lain yang terancam punah.
Berbagai kerugian yang menimpa hendaknya menjadi perhatian bagi pemerintah untuk secara serius menyikapi kematian—tidak berhenti menghukum oknum terkait—tetapi melakukan transformasi dengan menyusun intervensi strategis terhadap penanganan satwa endemik yang dilindungi. Mengutip dari Betahita (2023), berdasarkan data yang diterima Betahita dari TNUK tentang jumlah kematian badak Jawa dari tahun ke tahun menemukan bahwa kematian badak Jawa kerap tidak diketahui penyebabnya, meskipun jasad badak telah dianalisis oleh para peneliti.
Fakta ini mendorong untuk menelaah kembali tugas dan fungsi tiap-tiap pihak yang bertanggung jawab. Untuk mengatasi krisis pelestarian satwa ini, diperlukan
Meningkatkan upaya konservasi melalui perlindungan habitat, pencegahan penyakit, dan pemantauan populasi secara ketat.
Melakukan penelitian mendalam untuk memahami penyebab kematian dan mengembangkan strategi pencegahannya. Hasil penelitian selanjutnya dapat dipublikasikan sebagai bentuk meningkatkan kesadaran kepada masyarakat.
Bekerja sama dengan organisasi konservasi global untuk mendapatkan dukungan dan sumber daya.
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian badak Jawa dan ekosistemnya.
Melalui kasus ini menjadi catatan kelam sekaligus pengingat akan pentingnya konservasi dan perlindungan spesies yang terancam punah. Hilangnya peran intervensi strategis dalam tatanan organisasi menyebabkan berbagai kondisi yang camping. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita dapat memastikan peran tersebut dapat berjalan sesuai fungsinya secara maksimal?
Untuk memastikan hal tersebut, perlu memetakan kembali bagaimana organisasi berjalan sesuai visi. Dengan menciptakan inisiatif yang lebih berdampak, organisasi akan diajak untuk menelaah kembali bagaimana setiap inisiatif dampak dapat menjadi sebuah keputusan yang bijak. Organisasi Anda ingin memulai inisiatif dampak? Konsultasikan bersama Maxima Impact Consulting dan temukan berbagai solusi yang pas dengan organisasi Anda!