Pada awal tahun 2024, PwC telah meluncurkan sebuah laporan yang menyebutkan bahwa 63% CEO di Asia Pasifik berpikir model bisnis mereka saat ini tidak akan bertahan dalam 10 tahun ke depan jika mereka menjalankan bisnis secara business as usual. Padahal mereka selalu dihadapkan pada dua tantangan besar yakni tentang peningkatan profit yang berfokus pada saat ini, dan tantangan lainnya yakni menemukan model bisnis baru untuk keberlanjutan di masa depan. Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, transformasi organisasi tentu merupakan sebuah keniscayaan agar bisnis dapat tetap relevan.
Transformasi organisasi adalah proses menyelaraskan antara strategi organisasi dalam mencapai suatu tujuan dengan budaya organisasi atau kebiasan bekerja suatu organisasi. Dalam melakukan transformasi, organisasi membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Menurut riset yang dilakukan oleh McKinsey pada tahun 2021, transformasi dapat menyebabkan transformation’s value loss, artinya ada potensial business value yang akan hilang selama proses transformasi. Bahkan transformation’s value loss terjadi pada setiap tahapan dari transformasi seperti informasi pada gambar di bawah ini.
Berdasarkan data tersebut, tergambar bahwa setiap fase transformasi memiliki nilai value loss yang berbeda. Oleh karena itu, menjadi hal yang sia-sia apabila suatu organisasi tidak mengusahakan untuk melakukan transformasi secara sungguh-sungguh, sebab organisasi akan mengalami value loss namun belum mencapai titik optimal dari tujuan transformasi yang diharapkan.
Masih dalam laporan yang sama, McKinsey menyebutkan bahwa kesuksesan transformasi bergantung pada seberapa komprehensif pendekatan transformasi yang dilakukan. Banyaknya jumlah inisiatif yang dilakukan juga dapat meningkatkan success rate dari transformasi yang dilakukan.
Namun, tentu saja tidak sembarang inisiatif yang dilakukan dapat menghasilkan dampak terhadap transformasi organisasi. Untuk membuat inisiatif transformasi berjalan dengan menyeluruh, Maxima memiliki sebuah pendekatan alternatif dengan Maxima Impact Framework yang percaya bahwa inisiatif transformasi dimulai dari tahapan sebagai berikut:
Fase di mana organisasi secara sadar menumbuhkan sense of urgency, menentukan visi perubahan, dan menemukan koalisi yang tepat dari inisiatif yang akan dilakukan. Hal ini akan memudahkan kita untuk menurunkan visi-visi besar transformasi menjadi inisiatif yang lebih konkrit.
Kondisi di mana organisasi menyusun inisiatif transformasi yang terukur. Inisiatif tidak hanya dibuat lantas kemudian langsung dijalankan, dalam prosesnya perlu ada pemantauan secara berkala untuk melihat bagaimana inisiatif yang dilakukan berkontribusi pada keseluruhan transformasi. Pada fase ini kita perlu memastikan bahwa setiap inisiatif yang dilakukan memiliki indikator-indikator keberhasilan yang jelas dan terukur sehingga pada akhir pengukuran dapat diketahui inisiatif mana yang berhasil dan tidak berhasil berkontribusi pada transformasi yang dilakukan.
Pada fase ini, biasanya inisiatif yang dilakukan bersifat pilot project ataupun sebuah quick wins. Pilot project umumnya dilakukan pada beberapa bagian dalam organisasi, hal ini dilakukan untuk menguji inisiatif transformasi sebelum diimplementasikan secara luas. Sedangkan inisiatif quick wins adalah sebuah inisiatif yang dapat menumbuhkan optimisme perubahan dari orang-orang yang terlibat dalam transformasi. Quick wins ini dapat berfungsi untuk membangun kepercayaan dari orang-orang yang akan terdampak dari transformasi yang dilakukan.
Setelah memiliki data yang cukup dari inisiatif yang dilakukan dalam pilot project, kita dapat memahami inisiatif transformasi mana yang berhasil berkontribusi besar pada proses transformasi dan mana yang belum berjalan secara optimal. Inisiatif yang berhasil dapat diduplikasi pada unit-unit lain dalam organisasi sehingga dampak yang dihasilkan dapat lebih meluas ke seluruh organisasi. Selain itu inisiatif dapat dimodifikasi dengan penambahan aspek teknologi yang dapat mempercepat proses atau automasi proses sehingga membuat dampak transformasi menjadi lebih besar dan meluas.
Pada fase ini, inisiatif yang telah diimplementasikan dalam berbagai lapisan organisasi didorong agar dapat berjalan dengan berkelanjutan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pelembagaan inisiatif melalui berbagai instrumen kelembagaan seperti aturan perusahaan. Selain itu, pendekatan sistemik ini juga merujuk untuk membuat inisiatif yang dilakukan lebih menyeluruh dan melengkapi inisiatif yang ada dengan ekosistem pendukung yang memungkinkan inisiatif yang telah dilakukan dapat berjalan lebih berkelanjutan. Pendekatan systemic impact ini tidak menempatkan inisiatif perubahan terpisah dari sistem perusahaan, misalnya bukan hanya melalui unit spesifik seperti Project Management Office (PMO), melainkan juga memasukan inisiatif perubahan tersebut pada sistem yang telah ada sebelumnya.
Pada proses dan kenyataannya, transformasi terjadi akibat dari berbagai inisiatif transformasi yang dilakukan. Namun, tidak sembarang inisiatif yang dapat mengarah pada transformasi yang diharapkan, melalui pendekatan Maxima Impact Framework, kita dapat melihat inisiatif transformasi berlangsung secara bertahap dan menyeluruh.
Apakah anda sudah memulai atau sedang mempertimbangkan transformasi organisasi pada perusahaan Anda? Let’s discuss it with us!