Dalam beberapa tahun terakhir, tren keberlanjutan global mengalami pasang surut. Paris Agreement, yang semula menjadi tonggak penting dalam mitigasi perubahan iklim, kini menghadapi tantangan baru dengan kebijakan pemerintahan Trump yang menarik AS dari kesepakatan tersebut. Selain itu, Uni Eropa mulai menunjukkan sinyal pelemahan dalam komitmennya terhadap Environmental, Social, and Governance (ESG), sementara USAID menghadapi tekanan untuk mengurangi pendanaan sosial di beberapa negara berkembang. (White House, EU Council, Devex)
Perubahan ini menimbulkan pertanyaan besar: jika dunia perlahan mundur dari pendanaan bisnis berkelanjutan dan inovasi sosial, bagaimana dampaknya bagi ekosistem bisnis yang telah berinvestasi dalam keberlanjutan? Bagaimana perusahaan dapat bertahan dan terus menciptakan dampak tanpa dukungan kebijakan global?
Paris Agreement yang ditandatangani pada 2015 bertujuan untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5°C dengan mendorong negara-negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Namun, dengan kebijakan “America First” dari pemerintahan Trump, AS menarik diri dari perjanjian ini, menimbulkan efek domino bagi komitmen global terhadap keberlanjutan. Di sisi lain, Uni Eropa yang selama ini dikenal sebagai pionir dalam kebijakan ESG kini mulai menunjukkan sinyal pelemahan regulasi, yang dapat berimbas pada standar investasi global. Sementara itu, pengurangan pendanaan dari USAID semakin mempersempit ruang gerak bagi proyek-proyek sosial di negara berkembang.
Dampak Multidimensi terhadap Indonesia
- Ekonomi
Pengurangan regulasi ESG dapat memberi fleksibilitas lebih bagi industri dalam negeri, terutama yang masih bergantung pada sumber energi konvensional. Investasi asing dalam proyek energi hijau dan bisnis berbasis ESG dapat menurun, menghambat transisi Indonesia menuju ekonomi berkelanjutan. Sebagai negara yang tengah mendorong hilirisasi industri berbasis ESG, pelemahan komitmen global dapat menghambat pertumbuhan sektor energi terbarukan dan bisnis ramah lingkungan.
- Sosial
Walaupun bisnis dapat menyesuaikan strategi mereka tanpa harus memenuhi persyaratan ESG yang ketat. Pengurangan pendanaan dari USAID dan organisasi internasional lainnya dapat berdampak pada keberlanjutan program sosial di bidang pendidikan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan. Jika hal itu terjadi, hingga kini masih banyak program sosial yang bergantung pada dana dari lembaga internasional dapat mengalami stagnasi atau bahkan dihentikan.
- Lingkungan dan Ekologi
Asumsinya memang jika regulasi tersebut tidak ada, maka fleksibilitas kebijakan dapat membuka peluang inovasi lain di luar skema ESG yang ada. Tetapi, target emisi netral karbon akan semakin sulit dicapai, sehingga dapat meningkatkan risiko bencana lingkungan. Maka tanpa insentif dan pendanaan, proyek restorasi lingkungan dan energi terbarukan di Indonesia dapat terhambat.
Bagaimana Bisnis Bisa Bertahan Tanpa Dukungan Kebijakan?
- Pendekatan Inovatif: Perusahaan harus lebih kreatif dalam mencari pendanaan alternatif, seperti obligasi hijau atau kemitraan dengan sektor swasta.
- Kolaborasi Lokal: Aliansi dengan komunitas lokal dan pemangku kepentingan lainnya dapat membantu memperkuat ketahanan bisnis berbasis ESG.
- Edukasi Publik: Kesadaran masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan harus terus ditingkatkan agar permintaan terhadap produk dan jasa ramah lingkungan tetap tinggi.
Selain itu, untuk memperkuat strategi Maxima Impact Consulting merangkai pendekatan berikut:
- Memperkuat Strategi Keberlanjutan Internal: Perusahaan harus berfokus pada inisiatif keberlanjutan yang dapat memberikan manfaat jangka panjang, meskipun tanpa dukungan eksternal.
- Menjalin Kemitraan dengan Investor Berorientasi ESG: Menargetkan investor yang masih berkomitmen pada ESG sebagai sumber pendanaan alternatif.
- Menyelaraskan dengan Kebijakan Nasional: Mengadaptasi kebijakan perusahaan dengan regulasi dalam negeri yang mendukung keberlanjutan.
Kondisi pelemahan komitmen global terhadap ESG menuntut bisnis untuk lebih mandiri dalam mempertahankan keberlanjutan. Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat tetap menciptakan dampak positif meskipun tanpa dukungan kebijakan global. Ingin membangun inisiatif dampak pada organisasi maupun perusahaan Anda? Konsultasikan bersama Maxima Impact Consulting dan temukan solusi yang pas untuk Anda!