Seringkali orang tua hilang kesabaran saat menghadapi kenakalan anak, seperti rewel, berkelahi, tidak patuh, dan mencuri. Berbagai macam cara mulai dari membentak, mengancam, bahkan memukul dilakukan oleh orang tua dengan harapan agar si anak dapat meredam kenakalan mereka.
Tapi apakah menurut Anda cara tersebut efektif?
Dilansir dari Republika.co.id, hasil riset terungkap bahwa orang tua yang mudah marah dan bereaksi berlebihan lebih cederung memiliki balita yang bertindak di luar batas dan menjadi mudah marah juga.
Ingatlah, bahwa sebagai orang tua, Anda pun sedang membesarkan seseorang yang juga akan menjadi ibu atau ayah, atau menjadi seorang suami atau istri kelak. Teknik disiplin yang Anda terapkan, sangat memungkinkan terjadi akan mereka gunakan kembali untuk mendidik anak-anak mereka kelak. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan sebuah pelatihan untuk mengajari anak bagaimana menangani konflik.
Bagaimana dengan Hukuman Fisik pada Anak?
Hukuman fisik bagi anak menunjukkan bahwa perilaku tersebut sebagai pelampiasan kemarahan, seperti pukulan atau memukul orang lain karena bersalah. Hal inilah mengapa perilaku orang tua menjadi kesan yang sangat mendalam seperti pukulan itu sendiri. Dengan memukul, maka ajaran ini sudah disabotase.
Secara psikologis dan jangka panjang, beberapa alasan mengapa kita tidak diperbolehkan melakukan kekerasan pada anak adalah:
1. Memukul anak malah mengajarkan mereka untuk menjadi orang yang suka memukul.
Anak-anak secara alami belajar bagaimana harus bersikap melalui pengamatan dan meniru orangtua mereka. Maka dari itu, jika Anda suka memukul, saat dewasa nanti, mereka pun akan menganggap apa yang Anda lakukan itu memang boleh dilakukan. Tanpa sadar, mereka juga akan melakukan cara yang sama untuk anak-anaknya. Maka, melakukan kekerasan pada anak, akan menjadi semacam siklus seumur hidup yang jika tidak diputus, akan berulang terus pada beberapa generasi.
2. Hukuman kekerasan fisik malah membuat anak tidak belajar bagaimana seharusnya menyelesaikan konflik dengan cara yang efektif dan lebih manusiawi.
Anak yang dihukum jadi memendam perasaan marah dan dendam. Anak yang dipukul orang tuanya pun jadi tidak bisa belajar bagaimana menghadapi situasi yang serupa di masa depan.
3. Hukuman untuk anak dengan kekerasan bisa menganggu ikatan antara orang tua dan anak.
Ikatan yang kuat seharusnya didasari atas cinta dan saling menghargai. Pukulan Anda, akan membuat anak merasa tidak dihargai. Padahal harga diri yang positif, adalah aset bagi anak untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat secara psikis. Mungkin saat Anda memukul anak, dan si anak kemudian menuruti perkataan Anda, tetapi apa yang dilakukannya itu hanya karena dia takut. Sikap itu pun tidak akan bertahan lama karena pada akhirnya anak akan memberontak lagi.
4. Hukuman fisik bisa membuat anak menangkap pesan yang salah, yaitu ‘tindakan itu dibenarkan’.
Mereka merasa memukul orang lain yang lebih kecil dari mereka dan kurang memiliki kekuatan, adalah diperbolehkan. Saat dewasa, anak ini akan tumbuh menjadi orang yang kurang memiliki kasih sayang pada orang lain, empatinya menjadi kurang berkembang dan selalu merasa takut pada orang yang lebih kuat dari mereka.
Anak-anak adalah pembelajar yang hebat. Daya serap mereka terhadap semua tingkah laku kita sebagai orang tuanya, bagai spons. Kuat dan menyerap semua tanpa filter, serta meninggalkan dampak yang luar biasa.
Mendidik anak memang kewajiban kita sebagai orang tua. Namun, perlu diluruskan, bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan benar.
####
Max mengajak kalian untuk mengikuti public training:
“Love Your Inner Child”
bersama Coach Asep.
Sabtu-Minggu,
19-20 Agustus 2017
08.30-17.00 WIB
Di Hotel Sofyan, Tebet.
source:
https://nsholihat.wordpress.com/tag/dampak-psikologis-memukul-anak/
https://keluarga.com/1653/hindari-mengucapkan-kata-kata-ini-kepada-anak-ketika-marah
0 Comments