Faktor-faktor yang memengaruhi kebahagiaan di tempat kerja
Kebahagiaan akan dirasakan ketika mendapatkan posisi yang diimpikan dalam pekerjaan. Kali pertama bekerja, perasaan menjadi berbunga-bunga. Hari-hari berikutnya juga merasakan hal yang sama. Namun, apakah akan merasakan kebahagiaan yang sama pada satu tahun, dua tahun dan tahun-tahun berikutnya, apalagi jika memikul beban kerja yang bertambah?
Menurut Natalie Limerick (2014) terdapat beberapa alasan yang membuat para pekerja tidak bahagia dengan pekerjaannya di antaranya:.
Lack of recognition
Kurangnya pengakuan terhadap pekerjaan dapat berdampak pada emosional pekerja, seperti frustasi, stres dan lainnya. Hal ini dikarena adanya tambahan tanggung jawab pada pekerja tanpa diberikan informasi sebelumnya, kurangnya korespondensi dengan manajer, tidak adanya sikap respect dari atasan atau sesama rekan dan tidak adanya kejelasan target pada bidang pekerjaan yang menjadi keunggulan.
Clash of personalities
Ketika melakukan pekerjaan pasti akan mengalami bentrokan kepribadian dengan kolega atau rekan kerja, bahkan bisa jadi dengan atasan. Sebagaimana yang diketahui, bahwa dalam pekerjaan terdapat tingkat profesionalisme tertentu yang harus dijaga, meskipun sering kali membuat pekerja makan hati (re: tersinggung dan sakit ini). Hal ini tentu sangat berpengaruh pada tingkat kebahagiaan pekerja dan dapat menganggu produktivitas kerja.
No room for progression
Pekerja juga menbutuhkan peningkatan kapabilitas untuk melihat jenjang karir yang akan dicapainya. Maka, dalam atasan pekerja atau manajer perlu memberikan wadah bagi pekerja untuk mengembangkan kemampuannya. Tidak adanya wadah bagi pekerja untuk menunjukkan progress dari dirinya akan berdampak buruk bagi pekerja sehingga pekerja tidak merasa puas dengan kinerjanya dan ini akan memengaruhi performa dari tempat pekerja bekerja.
Wrong working environment
Seringkali situasi yang terjadi di tempat kerja membuat pekerja merasa dan berpikir ‘tidak pas’ dengan tempat kerjanya. Hal ini dapat ditimbulkan dengan adanya perbedaan values yang dipegang oleh pekerja dan lingkungan tempatnya bekerja, kurangnya bersosialisasi, perbedaan budaya dan lain sebagainya. Tentu hal ini jika dibiarkan tanpa adanya tindak lanjut, akan memudarkan kebahagiaan di hati pekerja.
Berbagai alasan yang telah dipaparkan sangat perlu diperhatikan dan diatasi agar pekerja dapat merasakan kebahagiaan meskipun banyak tantangan yang dihadapi saat bekerja. Pastinya, rasa kebahagiaan yang terus berlangsung membuat pekerja terus berupaya meningkatkan diri sehingga performa pekerja pun meningkat. Namun, bagaimana caranya agar pekerja memeroleh kebahagiaan di tempat kerjanya?
Cara memeroleh kebahagiaan di tempat kerja
Dacher Keltner dan Elimiana Simon dari UC Berkeley memberikan cara memeroleh kebahagiaan di tempat kerja dengan sebuah model PERK. Model ini berfungsi meningkatkan kebahagiaan diri sendiri di tempat kerja. Tentu, model PERK dapat diaplikasikan oleh pekerja di tengah situasi yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Terdapat komponen dasar dari PERK, 4 di antaranya sebagai berikut:
Purpose
Menentukan tujuan sangat penting dalam melakukan pekerjaan. Tujuan dapat menjadi pengingat ketika lelah-lelahnya bekerja dan menjadi penyemangat untuk meningkatkan kemampuan dan performa pekerja. Tujuan dapat ditentukan dengan merenungkan core values yang dimiliki, mengejar peluang kerja yang sesuai dengan core values dan mengingatkan diri bahwa pekerjaan yang dilakukan sangatlah bermakna.
Misalnya, pekerja memiliki core values yaitu agile, going extramiles dan disiplin, maka pekerja bisa memanfaatkan peluang pekerjaan dengan 3 core values tersebut dan kemudian menetapkan tujuan, seperti pencapaian karir menjadi manajer, sehingga apapun kesulitan yang dihadapi, tidak mengusik kebahagiaan dikarenakan tujuan dan core values yang dipegang.
Engagement
Meningkatkan keterlibatan juga dapat meningkatkan kebahagiaan di tempat kerja, sehingga pekerja dapat diakui dan bersosialisasi dengan rekan kerja serta lainnya. Peningkatan keterlibatan dapat dilakukan dengan mengurangi pikiran-pikiran yang berkeliaran seperti pikiran negatif, memprioritaskan untuk merasakan emosi positif di tempat kerja dan memaksimalkan peluang dengan mengikuti alur pekerjaan, seperti fokus pada bidang pekerjaan yang menjadi unggulan dan mencatat pencapaian harian yang mendekatkan diri pada tujuan.
Dacher Keltner dan Elimiana Simon juga berpendapat bahwa emosi positif dalam peningkatan keterlibatan di tempat kerja, dapat didapatkan dengan membuat candaan dengan teman kerja, membuat panggilan nama khusus, mengadakan party ketika makan siang, menumbuhkan rasa kepemilikan di tempat kerja, saling berkasih sayang dan menumbuhkan rasa syukur.
Resilience
Dalam menghadapi situasi kerja yang berubah-ubah dan mendapatkan beban kerja yang bertambah diperlukan resilience atau ketahanan. Ketahanan dapat ditingkatkan dengan mindfulness, yaitu menjalankan setiap momen dengan kesadaran pikiran dan merasakan sensasi dari fisik serta lingkungan sekitar. Selain itu, ketahanan dapat ditingkatkan dengan authenticity, sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan menjadi dirinya sendiri.
Resilience juga bisa ditingkatkan dengan mental habit yaitu cara diri memahami diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar. Mental habit ini dapat muncul dari penerapan sifat optimis, growth mindset dan self-compassion (berkasih sayang pada diri). Mengambil cuti juga bisa meningkatkan ketahanan pada diri, dikarenakan dapat menambah energi kembali.
Kindness
Berbagi kebaikan dapat meningkatkan kualitas hubungan sehingga menimbulkan kebahagiaan. Dengan berbagi kebaikan, pekerja dapat mengekspresikan kebaikan diri dan menerapkan prososialitas, yang berarti menyampaikan rasa hormat dan penghargaan, minat bekerja sama dan keinginan untuk saling mendukung serta secara konstruktif mengatasi perbedaan yang ada.
Berbagi kebaikan dapat dilakukan dengan hal-hal kecil seperti, berbagi snack kepada teman kerja, bermain permainan bersama sambil berdonasi, mengucapkan terima kasih dan lain-lain.
Dalam menerapkan model PERK dibutuhkan wadah untuk menstimulus pekerja dan meningkatkan kesadaran penerapannya agar bisa merasakan kebahagiaan yang berkelanjutan di tempat kerja. Wadah stimulus itu bisa melalui salah satunya program pelatihan dan pengembangan. Tentu, perusahaan atau lembaga dapat memfasilitasi pekerja untuk mendapatkan pengetahuan seputar self development sehingga kinerja pekerja meningkat.
Maxima, sebagai agensi yang juga berfokus pada transformasi sumber daya manusia agar mampu memberikan pelayanan terbaik, tentu dapat menjadi mitra untuk berkonsultasi dan merancang program yang bisa meningkatkan kapabilitas pekerja, termasuk merasakan kebahagiaan di tempat kerja.
Isu kerja emosional (emotional labour) tentunya pernah didengar dan menjadi sorotan, di mana pekerja harus selalu tersenyum dan bersikap ramah sepanjang waktu demi memberikan pelayanan terbaik. Biasanya pekerja ini berprofesi sebagai dokter, guru, petugas layanan, perawat, sales promotion dan lainnya. Pasti dalam menahan emosi dan beban kerja membuat pekerja mengalami burn-out dan apabila dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan pekerja tidak bahagia dalam mengerjakan tugasnya dan kinerja pun menurun sehingga merusak performa perusahaan atau lembaga.
Maka, untuk mengatasi isu emotional labour, Maxima akan berupaya merancang dan memberikan pelatihan mengenai the managed heart kepada pekerja dengan mengundang expertise di bidangnya. Tentu, kegiatan ini tidak hanya materi, tetapi juga ada sesi praktik, sehingga pekerja yang bekerja di bidang emosional dapat mengimplementasikan ilmu yang diberikan dengan baik dan tepat, serta memberikan pelayanan terbaik tanpa perlu menyakiti diri dan dapat memanfaatkan peluang dengan hati yang bahagia.
Source:
Natalie Limerick. 2014. The Top Reasons Employees Are Unhappy at Work. https://www.morganmckinley.co.uk/article/top-reason-employees-are-unhappy-work [Diunduh pada 27 Juli 2020]
Dacher K, Elimiana S. The Foundations of Happiness at Work. Online Course availables at courses.edx.org
Tirto.id. 2019. Deraan Psikis Para Pekerja yang Harus Tersenyum. https://tirto.id/deraan-psikis-para-pekerja-yang-harus-tersenyum-dnpu [Diunduh pada 27 Juli 2020]
0 Comments