b”Kerja keras, kerja tuntas, kerja cerdas, kerja ikhlas” itulah moto yang sebaiknya dicanangkan dalam mindset tiap pelaku organisasi atau karyawan. Apabila moto tersebut dapat diimplementasikan pada setiap aktivitas, maka pekerjaan akan terasa lebih ringan untuk dijalani. Dalam menyelesaikan sebuah tugas atau pekerjaan, diperlukan efisiensi waktu maupun tenaga. Seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat, pekerjaan kini dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat tanpa mengurangi bobot pekerjaan itu sendiri.
Mengungkit produktivitas karyawan, Ewan McGaughey, dosen senior di King’s College London mengatakan, “Manusia tak terlahir untuk tunduk pada orang lain untuk bekerja, kita adalah makhluk sosial yang ingin berkontribusi pada masyarakat, tetapi masih butuh waktu senggang, keluarga, dan orang lain. Semua hal ini membutuhkan jam kerja yang lebih sedikit.”
Dalam rangka membuat karyawan lebih produktif dan terbebas dari beban pekerjaan disaat yang bersamaan, diperlukan adanya fleksibilitas. Terdapat 5 tips yang dapat dilakukan perusahaan untuk menciptakan budaya kerja yang fleksibel, antara lain:
- Bangun lingkungan yang saling percaya
Saat ini, jam kerja fleksibel adalah salah satu hal paling umum yang dicari karyawan saat memilih perusahaan. Meskipun undang-undang ketenagakerjaan mengizinkan siapa pun untuk meminta jam kerja yang fleksibel setelah bekerja di sebuah perusahaan setidaknya selama 26 minggu, banyak orang yang takut untuk memintanya karena menurut mereka itu hanya akan membuat mereka kehilangan posisi saat ini. Jadi, yang utama adalah membangun kepercayaan. Perusahaan harus percaya bahwa karyawan akan mengatur waktu mereka dan tetap produktif, sementara karyawan juga harus percaya bahwa permintaan semacam itu tidak akan membahayakan mereka.
- Batasi rapat
Seperti yang telah disebutkan di atas, tetap bekerja dan benar-benar mengerjakan tugas penting adalah dua hal yang berbeda. Mungkin, contoh yang paling relevan dari waktu terbuang adalah rapat. Alih-alih bekerja, karyawan menghabiskan banyak waktu untuk rapat yang seringkali tidak diperlukan. Jika perusahaan perlu mengkomunikasikan beberapa pesan, ada baiknya untuk memikirkan apakah pihak manajemen dapat melakukannya dengan mengirim email atau menghubungi karyawan menggunakan berbagai platform messenger atau media sosial.
- Tetapkan tujuan atau objektif yang jelas
Untuk menciptakan budaya kerja yang fleksibel, perusahaan harus menetapkan tujuan yang jelas. Tempat kerja dengan fleksibilitas tinggi lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Untuk mengelola waktu dengan sukses, karyawan harus memahami apa yang sebenarnya harus mereka capai, apa tujuan jangka panjang dan jangka pendek, dan bagaimana tugas mereka terkait dengan tugas manajer mereka.
- Pertimbangkan umpan balik karyawan
Perusahaan juga harus memastikan bahwa semua karyawan akan diperlakukan secara adil dan setara. Jadi, perusahaan harus memutuskan bagaimana tepatnya program kerja fleksibel akan dijalankan. Ada beberapa pertanyaan penting yang harus dijawab. Akankah karyawan mulai bekerja dari rumah, dan seberapa sering? Apa yang seharusnya dapat mereka akses dari rumah? Bisakah mereka bekerja dari rumah selama seminggu penuh? Alat apa yang mereka butuhkan? Seberapa sering mereka harus berada di kantor? Bisakah mereka membagi hari-hari mereka? Umpan balik dari karyawan akan membantu merencanakan segala sesuatu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan.
- Berikan pelatihan yang diperlukan
Setiap kali memperkenalkan konsep baru di tempat kerja, perusahaan memastikan bahwa karyawan mendapatkan pelatihan yang diperlukan. Dengan teknologi yang semakin canggih, membuat pelatihan lebih mudah dari sebelumnya. Ada banyak aplikasi desktop dan seluler yang memungkinkan perusahaan melatih karyawan tanpa perlu mengumpulkan mereka di ruangan yang sama, pada waktu yang sama.
Delapan jam bekerja dalam sehari tidak menjamin seseorang dapat secara maksimal, bahkan acap kali dapat menambah beban pikiran yang berisiko menimbulkan stress. Berdasarkan pemaparan di atas, budaya kerja yang fleksibel dianggap mampu menjaga keseimbangan kehidupan kerja atau work-life balance, sehingga dapat lebih produktif. Maxima Indonesia sebagai konsultan sektor publik mampu membantu para pelaku organisasi atau karyawan dalam mencapai produktivitas melalui layanan yang dimiliki dalam praktik implementasinya, seperti pelatihan atau training yang dikemas secara epik dan agile.
Source :
https://www.vice.com/amp/id_id/article/j5wnzb/percaya-atau-tidak-manusia-produktif-cukup-bekerja-delapan-jam-seminggu?utm_source=viceidtw&__twitter_impression=true [Diakses pada 15 September 2020]
https://consciouscompanymedia.com/workplace-culture/the-average-worker-is-only-productive-for-about-3-hours-a-day/ [20 september 2020]
0 Comments