Kehidupan menjadi tempat belajar terbaik, dikarenakan pada kehidupan manusia dapat mengenal dirinya, rekannya dan lingkungannya, serta bersosialisasi, mengembangkan diri dan lain sebagainya. Dalam proses berkehidupan, tentu manusia seringkali dihadapkan dengan permasalahan dan tantangan, yang berpotensi menjadikan manusia semakin lemah, putus asa dan tidak berkembang. Namun, permasalahan dan tantangan yang diberikan pada manusia, dapat menjadikan manusia kuat dan optimis serta mampu mengembangkan kemampuannya.
Banyak orang yang telah membuktikan bahwa mereka dapat menaklukkan permasalahan dan tantangan kehidupan. Salah satu di antara mereka yaitu Steve Jobs. Siapa yang tidak mengenal Steve Jobs? Seseorang yang dikenal sebagai inovator di bidang teknologi dan mendirikan Apple. Tentu, dalam perjalanan hidupnya, Steve Jobs mengalami banyak rintangan.
Steve Jobs pernah mengalami keretakan hubungan dengan rekannya di Apple, dikarenakan penurunan penjualan produk Apple yang mengakibatkan Steve Jobs meninggalkan Apple. Tidak hanya itu, produk NeXT Computer yang dihasilkan Steve Jobs gagal memberikan dampak bagi industri teknologi. Namun, Steve Jobs tidak menyerah dengan permasalahan yang dihadapinya. Ia pun memasuki industri film dan mengakuisisi Pixar, sebuah studio animasi, yang memulai debutnya dengan merilis fim Toy Story pada tahun 1995. Sifat tidak menyerahnya ini, menjadikan Steve Jobs kembali ke Apple dan membuat Apple bangkit dari kebangkrutannya.
Kisah singkat Steve Jobs yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa permasalahan dan tantangan kehidupan tidak membuat Steve Jobs menyerah dan ia terus mengembangkan kemampuannya, sampai akhirnya ia mampu mendirikan perusahaan baru, terjun ke industri film dan berinovasi dalam pembuatan produk Apple. Berdasarkan dari kisah itu pula, dapat diketahui bahwa Steve Jobs memiliki growth mindset. Lalu, seperti apakah growth mindset itu?
Pola pikir: growth mindset
Carol S. Dweck berpendapat bahwa pola pikir sangat berpengaruh pada manusia dalam mengembangkan kemampuannya, termasuk apabila menghadapi banyak rintangan yang menyebabkan kegagalan. Menurutnya, manusia dibagi menjadi dua tipe berdasarkan pola pikirnya, yang dinamakan sebagai fixed mindset dan growth mindset.
Fixed mindset merupakan pola pikir yang dimiliki oleh orang yang tidak berupaya mencoba lebih ketika dihadapkan dengan kegagalan. Orang dengan tipe pola pikir ini cenderung melihat segala hal dari sisi negatifnya dan lebih memilih menyerah serta berputus asa dalam mengalami kesulitan. Selain itu, orang yang memiliki fixed mindset mempercayai bahwa kemampuannya tidak dapat ditingkatkan.
Sementara itu, growth mindset adalah pola pikir bertumbuh. Seseorang yang memiliki growth mindset, tidak mudah menyerah ketika dihadapkan dengan kesulitan. Ia akan terus berupaya memperbaiki diri, berpikir positif , mampu memaknai kegagalaan dan mengembangkan kemampuannya. Seseorang yang memiliki pola pikir jenis ini, dipercayai memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar.
Menurut Carol, salah satu faktor yang membedakan seseorang yang memiliki fixed mindset dan growth mindset ialah keinginan untuk berproses. Seseorang yang menjalani serta menikmati setiap proses yang dilakukannya akan meningkatkan minat belajar dan orientasinya tidak lagi pada nilai atau hasil akhir, sehingga penilaian buruk yang didapatkan, tidak menjadi alasannya untuk berhenti bertumbuh dan mengembangkan kemampuannya.
Lalu, bagaimana merubah pola pikir menjadi growth mindset sehingga dapat terus mengembangkan kemampuan?
3 Aturan Pola Pikir
Sebagaimana yang diketahui bahwa pola pikir akan bedampak nyata terhadap motivasi dan kinerja seseorang. Tentunya pola pikir dapat diubah. Carol menyatakan bahwa keyakinan dapat memengaruhi pola pikir dan manusia memiliki kemampuan untuk mengubah keyakinan. Selain itu, Carol berpendapat terdapat 3 aturan yang dengannya seseorang dapat memiliki growth mindset. 3 aturan tersebut di antaranya;
Aturan Pertama: Pembelajaran
Dalam penelitiannya, Carol menantang para murid dan mahasiswa untuk mengerjakan tugas yang menantang. Mereka yang memiliki fixed mindset akan membuat tugas yang memperlihatkan kepintaran mereka, mereka percaya pada kecerdasaan mereka dan berusaha untuk terlihat baik dalam pembuatan tugas. Sementara, mereka yang memiliki growth mindset, lebih mementingkan orientasi belajar dari pada mendapatkan nilai terbaik.
Hasil dari penelitian itu menunjukkan bahwa mereka yang fokus pada pembelajaran memiliki kinerja yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan mereka berupaya untuk belajar lebih dalam, mengatur waktu dengan baik dan menjaga motivasi mereka. Jika menemukan kesalahan pada saat pengerjaan tugas, mereka langsung mencari tahu alasannya dan memperbaikinya.
Aturan kedua: Berusaha adalah Kunci
Seseorang yang memiliki fixed mindset cenderung percaya bahwa kemampuan atau bakat yang dialaminya bersifat alami, sehingga tidak perlu banyak berusaha. Ia percaya bahwa dengan adanya kerja keras, justru menjadikannya ragu dengan kemampuannya. Sementara itu, seseorang yang memiliki growth mindset akan terus bekerja keras dan menikmati prosesnya, sehingga kemampuannya terus menjadi lebih baik.
Adanya keyakinan dan upaya untuk selalu bekerja keras menjadikan seseorang dapat mengasah kemampuannya secara terus menerus dan menjadikannya seseorang yang tumbuh seiring waktu.
Aturan Ketiga: Merangkul Kesalahan dan Menghadapi Kekurangan
Saat masalah menghadang dan kekurangan diperlihatkan, seseorang dengan fixed mindset akan memilih mundur perlahan, membuat berbagai alasan, menyalahkan orang lain dan membuat dirinya merasa lebih baik dengan memandang rendah orang yang lebih buruk darinya, ketimbang belajar dari kekurangan dan menghadapi masalah.
Seseorang yang memiliki growth mindset akan mengakui kekurangannya, belajar darinya dan berupaya memperbaiki kekurangannya. Begitu pula dengan masalah, ia tidak serta merta kabur, melainkan menghadapinya dan berupaya mencari solusi. Maka dengan ini, kemampuan atau bakat seseorang yang memiliki growth mindset, tidak akan berakhir tetap, tetapi akan terus berkembang.
Berdasarkan penelitian Carol dapat ditemukan bahwa kemampuan atau bakat seseorang dapat berkembang dengan growth mindset. Maka dengan ini, pengembangan pola pikir menuju growth mindset, tentu perlu dipantik dan disisipkan pada program yang dilakukan oleh berbagai organisasi. Sebagaimana yang diketahui, growth mindset dapat memiliki dampak baik terhadap kinerja dan motivasi.
Berangkat dari hal ini pula, Maxima Indonesia, selaku konsultan publik sektor yang berfokus pada transformasi sumber daya manusia (SDM) dan organisasi, berupaya mengelola program dengan baik dan tepat, yang mampu untuk mengembangkan growth mindset, sehingga program tidak hanya berlalu, tetapi juga membantu SDM dan organisasi untuk terus mengasah kemampuan dan berinovasi. Selain itu, Maxima juga memberikan layanan berupa market research, brand activation, policy advisory dan capacity building.
Adapun program yang pernah dikelola oleh Maxima Indonesia yang dinilai mampu merubah pola pikir menuju growth mindset yaitu ASN Academy, Muslim Entrepreneur in Digital Era, Maxima School Program, Workshop Coaching for Teacher, Entrepreneur Sharing Session, Working with Millennial Generation dan lain-lain.
Source:
detik.com. 2015. Kilas Balik Perjalanan Steve Jobs 1955 – 2011. https://inet.detik.com/cyberlife/d-3037272/kilas-balik-perjalanan-steve-jobs-1955-2011 [Diunduh pada 28 Juli 2020]
steemit.com. 2017. Sudahkan Anda Memiliki Growth Mindset?. https://steemit.com/indonesia/@rkb/sudahkah-anda-memiliki-growth-mindset [Diunduh pada 28 Juli 2020]
Carol S. D. Mindset: Developing Talent Through a Growth Mindset. https://iiabc.org/wp-content/uploads/2019/03/GrowthMindset.pdf [Diunduh pada 28 Juli 2020]
Knowledgecity.com. 2020. How to Develop a Growth Mindset for Employees. https://www.knowledgecity.com/blog/develop-growth-mindset-employees/#:~:text=Adopting%20a%20growth%20mindset%20is,that%20intelligence%20can%20be%20developed. [Diunduh pada 28 Juli 2020]
0 Comments